Penemuan karya Syekh Abdul Qadir
Al-Jailani Al-Hasani oleh cucu ke-23-nya sendiri, Syekh Dr. Muhammad Fadhil
Al-Jailani Al-Hasani, membuat dunia akademik dan pengamal tarekat/tasawuf
terkagum-kagum. Bagaimana tidak? Naskah ini selama 800 tahun menghilang dan
baru ditemukan secara utuh di Vatikan. Manuskrip yang berisi 30 Juz penuh ini
tersimpan secara baik di perpustakaan.
Tak ada yang menyangka sebelumnya
bahwa Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menulis kitab tafsir Al-Quran 30 juz yang
mengulas ayat-ayat Al-Quran. Kita seolah-olah mempelajari samudra tasawuf dari
ayat ke ayat. Dan, alhamdulillah, Tafsir Al-Jailani, yang dalam bahasa Arab
telah diterbitkan oleh Markaz Al-Jailani Turki (6 jilid), kini telah berhasil
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia/Melayu menjadi 12 Jilid. Hingga hari ini,
Markaz Jailani Asia Tenggara baru mencetak 2 jilid pertama.
Para salik yang berada di
Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand dan Singapura yang berbahasa Melayu bisa
mempelajari makna-makna penting tasawuf yang diajarkan Syekh Abdul Qadir
Al-Jailani dengan mudah.
Kami sangat berterima kasih
dengan perjuangan penelitian dan penyelidikan yang dilakukan oleh Syekh Dr
Muhammad Fadhil dalam menyelamatkan manuskrip-manuskrip langka ini. Terutama
yang berkaitan dengan Tafsir Al-Jailani. Kami terharu ketika mendengarkan
langsung kisah pengkajian dan penelitiannya selama puluhan
tahun.0000424--1-6--300Berikut adalah penuturan Syekh Fadhil dalam pembukaan
kitab Tafsir Al-Jailani yang ditelitinya:
“Saya tumbuh besar di bawah pendidikan kakek saya Sayyid Syarif al-Alim al-Muqtada bih wa al-Quthb al-Kamil asy-Syaikh Muhammad Shiddiq Jalilaniy al-Hasaniy. Ayah saya bernama Sayyid Syarif al-Alim al-Allamah wa al-Bahr al-Fahhamah Syaikh Muhammad Faiq Jailaniy al-Hasaniy.
“Saya tumbuh besar di bawah pendidikan kakek saya Sayyid Syarif al-Alim al-Muqtada bih wa al-Quthb al-Kamil asy-Syaikh Muhammad Shiddiq Jalilaniy al-Hasaniy. Ayah saya bernama Sayyid Syarif al-Alim al-Allamah wa al-Bahr al-Fahhamah Syaikh Muhammad Faiq Jailaniy al-Hasaniy.
Setelah saya mendatangi Madinah
Munawwarah dan tinggal di kota ini, saya pun mulai mencari kitab-kitab Syaikh
Abdul Qadir al-Jailaniy Radhiyallahu ‘Anhu pada tahun 1977 M di Madinah
al-Munawwarah dan kota-kota lainnya sampai tahun 2002 M.
Setelah tahun itu, saya
menghabiskan seluruh waktu saya untuk mencari kitab-kitab sang Syaikh
Radhiyallahu ‘Anhu, dan sampai hari ini saya masih terus melanjutkan pencarian
itu.
Saya telah mendatangi sekitar
lima puluh perpustakaan negara dan puluhan perpustakaan swasta yang terdapat di
lebih dari 20 negara. Bahkan ada beberapa negara yang saya datangi sampai lebih
dari dua puluh kali.
Dari proses panjang itu saya berhasil mengumpulkan tujuh belas kitab dan enam risalah yang salah satunya adalah kitab tafsir ini yang menurut saya, tidak ada bandingannya di seluruh dunia.
Dari proses panjang itu saya berhasil mengumpulkan tujuh belas kitab dan enam risalah yang salah satunya adalah kitab tafsir ini yang menurut saya, tidak ada bandingannya di seluruh dunia.
Dari perjalanan saya mendatangi
beberapa pusat-pusat ilmu pengetahuan, saya pun mengetahui bahwa ada empat
belas kitab karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy yang dianggap punah. Oleh
sebab itu, saya terus melakukan pencarian kitab-kitab tersebut di pelbagai
perpustakaan internasional setelah kitab tafsir ini selesai dicetak dan
diterbitkan, insya Allah.
Sungguh saya sangat bergembira dan bersyukur kepada Allah SWT ketika saya mengetahui bahwa jumlah lembaran tulisan karya kakek saya Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy radhiyallâhu ‘anhu yang berhasil saya kumpulkan mencapai 9.752 lembar. Jumlah itu tidak termasuk tulisan-tulisan yang akan kami terbitkan saat ini dan beberapa judul yang hilang. Tentu saja, semua ini membuat saya sangat gembira dan bangga tak terkira kepada kakek saya Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy r.a..
Sungguh saya sangat bergembira dan bersyukur kepada Allah SWT ketika saya mengetahui bahwa jumlah lembaran tulisan karya kakek saya Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy radhiyallâhu ‘anhu yang berhasil saya kumpulkan mencapai 9.752 lembar. Jumlah itu tidak termasuk tulisan-tulisan yang akan kami terbitkan saat ini dan beberapa judul yang hilang. Tentu saja, semua ini membuat saya sangat gembira dan bangga tak terkira kepada kakek saya Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy r.a..
Ada sebuah pengalaman menakjubkan
yang saya alami ketika saya mendatangi negeri Vatikan untuk mencari karya-karya
sang Syaikh di perpustakaan Vatikan yang termasyhur. Ketika saya memasuki
negara Vatikan, petugas imigrasi bertanya kepada saya tentang alasan saya
mengunjungi Perpustakaan Vatikan.
Pertanyaan itu dijawab oleh
seorang kawan asal Italia yang mendampingi saya dengan mengatakan bahwa saya
sedang mencari buku-buku karya kakek saya Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy. Saya
kaget ketika tiba-tiba saja, petugas itu langsung berdiri dan berhormat seraya
berkata: “Ya, ya, Sang Filsof Islam, Abdul Qadir al-Jailaniy.”
Setelah saya memasuki
Perpustakaan Vatikan, saya menemukan pada katalog perpustakaan dan beberapa
buku yang ada di situ sebuah tulisan dalam Bahasa Italia yang berbunyi: “Filsuf
Islam”, dan dalam Bahasa Arab: “Syaikh al-Islâm wa al-Muslimîn”.
Dua gelar ini tidak pernah saya
temukan di semua perpustakaan yang ada di tiga benua kecuali hanya di sini. Di
Perpustakaan Vatikan saya juga menemukan sebuah tulisan tentang Syaikh Abdul
Qadir al-Jailaniy yang berbunyi: “Sang Syaikh Radhiyallahu ‘Anhu membahas tiga
belas macam ilmu.”
Kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.
Bagaimana mungkin, karya-karya monumental Syekh Abdul Qadir Al-Jailani justru
tersimpan rapi di perpustakaan di Vatikan? Kemana saja ahli-ahli sejarah kita?
Mengapa karya sehebat itu “hilang” selama berabad-abad? Jangan-jangan masih
banyak karya-karya besar ulama Islam yang justru diabaikan oleh kaum muslimin.
sumber berita :
https://www.facebook.com/groups/319748791807/?ref=group_header
sumber berita :
https://www.facebook.com/groups/319748791807/?ref=group_header