Tamak terhadap harta dunia merupakan salah satu penyakit hati yang sangat membahayakan kehidupan manusia. Tamak adalah sikap rakus terhadap harta dunia tanpa melihat halal dan haramnya. Tamak bisa menyebabkan timbulnya sifat dengki, permusuhan, perbuatan keji, dusta, curang, dan bisa menjauhkan pelakunya dari ketaatan, dan lain-lain.
Ibn al-Jauzi rahimahullah berkata, “Jika sifat rakus dibiarkan lapas kendali maka ia akan membuat seseorang dikuasai nafsu untuk sepuas-puasnya. Sifat ini menuntut terpenuhinya banyak hal yang menjerumuskan seseorang ke liang kehancuran.”[i]
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Seorang hamba akan merasa merdeka selagi ia qana’ah dan orang merdeka akan menjadi budak selagi ia tamak.”[ii]Beliau juga berkata, “Ketamakan membelenggu leher dan memborgol kaki. Jika belenggu hilang maka borgolpun akan hilang dari kaki.”[iii]
Rasulallah shallallahu alaihi wasallam pernah mengkhabarkan bahwa sifat tamak yaitu cinta dunia tidak pernah mengenal kata puas.
رَوَي اْلبُخَارِيُّ عَنِ ابْنِ الزُّبَيْرِ عَلَى الْمِنْبَرِ بِمَكَّةَ فِي خُطْبَتِهِ يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِيَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا وَلَوْ أُعْطِيَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu al-Zubair tatkala di atas mimbar di Mekah dalam kubtahnya, beliau berkata; Wahai manusia sekalian, Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda, “Seandainya anak keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang kedua maka dia menginginkan lembah emas ketiga. Tidak akan pernah menyumbat rongga anak Adam selain tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat.” (HR. Al-Bukhari No.6438)
Hadits ini menunjukan bagaimana tamaknya manusia terhadap dunia yang tidak menganal rasa puas. Hadits ini juga, mengandung makna celaan bagi orang yang tamak terhadap harta dunia. Kecintaan terhadap harta dunia bisa membuat seseorang terlena dari perjalanan hidup yang abadi di akherat. Semangat mengumpulkan harta bisa menjadi sebab lalai dari ketaatan kepada Allah Ta’ala karena hati menjadi sibuk dengan dunia daripada akhirat.
Dampak buruk dari sifat tamak, bisa membuat seseorang melakukan segala cara yang diharamkan demi mendapatkan harta yang diinginkan, seperti korupsi, suap, curang, meraup keuntungan dari riba, mengurangi timbangan, berbohong, menipu, merampok, bisa pula nekat melakukan ritual-ritual syirik, dan lain-lain.
رَوَي التِّرْمِذِيُّ عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ الأَنْصَارِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِAl-Tirmidzi meriwayatkan dari Ka’ab ibn Malik al-Anshari radhiallahu anhu, beliau berkata: Rasulallah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah dua ekor srigala yang lapar dikirimkan pada seekor kambing itu lebih berbahaya daripada tamaknya seseorang pada harta dan kedudukan dalam membahayakan agamanya.” (HR. al-Tirmidzi)
Ibn Rajab menjelaskan bahwa Ini adalah permisalan yang agung yang diumpamakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam bagi kerusakan agama seorang muslim akibat rakus terhadap harta dan kedudukan dunia dan bahwa kerusakannya tidak lebih berat dari rusaknya kambing yang dimangsa oleh dua ekor serigala lapar.
Dengan demikian, maka tamak merupakan sifat cinta dunia. Sifat tamak mendatangkan banyak kerusakan, baik kerusakan pribadi, keluarga, masyarakat dan yang terbesar adalah kerusakan yang menimpa keagamaan seseorang disebabkan dunia lebih dicintai dari segalanya.
Para ulama berkata: Cinta dunia itu pangkal segala kesalahan dan pasti merusak agama ditinjau dari berbagai sisi:
- Mencintai dunia akan mengakibatkan mengagungkannya, padahal di sisi Allah Ta’ala dunia sangat remeh. Adalah suatu dosa terbesar mengagungkan sesuatu yang dianggap remeh.
- Allah Ta’ala telah melaknat, memurkai dan membenci dunia, kecuali yang ditunjukan kepada-Nya.
- Orang yang cinta dunia pasti menjadikan tujuan akhir dari segalanya. Ia pun berusaha semampunya akan mendapatkannya.
- Mencintai dunia akan menghalangi seorang hamba dari aktivitas yang bermanfaat untuk kehidupan di akherat. Ia akan sibuk dengan apa yang dicintainya.
- Mencintai dunia menjadikan dunia sebagai harapan terbesar seorang hamba.
- Pecinta dunia adalah manuia dengan adzab yang paling berat. Mereka disiksa di tiga negeri, di dunia, di barzakh dan di akherat.
- Orang yang rindu dan cinta kepada dunia sehingga ia mengutamakannya dari pada akherat adalah amakhluk yang paling bodoh, dungu dan tidak berakal.[iv]
Untuk mengobati penyakit tamak dari hati seseorang, Ibn Qudamah dalam kitab Mukhtashar Minhaj al-Qashidin mengungkapkan bahwa obat ini terdiri dari tiga unsur: sabar, ilmu, dan amal. Secara keseluruhan terangkum dalam hal-hal berikut ini:
- Ekonomis dalam kehidupan dan arif dalam membelanjakan harta.
- Jika seseorang bisa mendapatkan kebutuhan yang mencukupinya, maka diatidak perlu gusar memikirkan masa depan, dan harus merasa yakin bahwa dia pasti akan mendapatkan rezeki dari Allah.
- Hendaknya mengetahui bahwaqana`ah itu adalah kemuliaan karena sudah merasa tercukupi, dan dalam kerakusan dan tamak itu ada kehinaan.
- Membandingkan antara kehidupan Yahudi dan Nasrani yang tenggelam dalam kenikmatan dengan kehidupan para nabi dan orang shalih. Siapakah di antara mereka yang mulia di sisi Allah Ta’ala.
- Dia harus mengerti bahwa menumpuk harta itu bisa menimbulkan dampak yang kurang baik.[v]
Disusun oleh: Abu Mujahidah al-Ghifari, Lc., M.E.I.