بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحمٰنِ الرَّحِيْمِ ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللّٰهُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَآلِهِ الطَّاهِرِيْنَ وَصَحَابَتِهِ أَجمَعِيْنَ
Bersyukurlah bagi Anda atau siapa pun yang ikut merasakan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Kelahiran Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam atau yang lebih dikenal dengan Maulid Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam merupakan salah satu hari penting yang bersejarah bagi setiap umat Islam dimanapun berada. Siapaun orangnya, setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dan RasulNya pasti akan senang, gembira, bahagia dan bersyukur atas kelahiran Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam di alam dunia ini.
Tak heran, kalau kita dapatkan Hari Maulid Nabi di negara-negara mayoritas berpenduduk muslim dan di negara-negara Timur Tengah menjadikannya sebagai Hari Libur Nasional. Tercatat hanya ada 3 negara saja yang tidak menjadikan maulid Nabi sebagai momen hari libur nasional yaitu Israel, Arab Saudi, dan Qatar. Meski demikian, umat Islam di ketiga negara tersebut tetap dapat melaksanakan peringatan maulid Nabi, bahkan di negara Israel sekalipun yang sebenarnya adalah negara Palestina (sejatinya tidak ada yang namanya negara Israel di dunia ini) juga diadakan Maulid Nabi dengan caranya masing-masing.
Momen peringatan Maulid Nabi yang selalu dikenang di berbagai belahan dunia hakikatnya adalah bentuk wujud rasa syukur dan gembira dengan kehadiran Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam di alam semesta ini. Perasaan gembira atas kelahiran dan kehadiran Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam tersebut hendaknya senantiasa tertanam di dalam hati setiap insan umat Islam dan diwujudkan dengan berbagai kegiatan yang baik yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan RasulNya. Hal ini Allah subhanahu wa ta’ala sendiri yang memerintahkan kepada kita sebagaimana tertuang di dalam Al-Qur’an Al-Karim,
قُلْ بِفَضْلِ اللَّـهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ – سورة يونس: ٥٨
Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Quran Surat Yunus: 58).
Dalam ayat di atas, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita sebagai umat Islam untuk bergembira ketika mendapatkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Lantas, apakah rahmat terbesar dari Allah subhanahu wa ta’ala yang diturunkan kepada kita dan juga seluruh alam semesta ini? Tentunya rahmat terbesar dan teragung yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada kita itu adalah Sayyidina Muhammad Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Quran Surat Al-Anbiya ayat 107,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ – سورة الأنبياء: ١٠٧
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (Quran Surat Al-Anbiya: 107).
Hal ini diperkuat oleh pendapat sahabat Sayyidina Ibn ‘Abbas radhiyallohu ‘anhu ketika mengomentari Qur’an Surat Yunus ayat 58, Sayyidina Ibn ‘Abbas radhiyallohu ‘anhu berkata,
فضل الله العلم ورحمته محمد ، قال الله تعالى وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Karunia Allah adalah ilmu, sedangkan rahmat Allah adalah Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,”Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam…. (Jalâl ad-Dîn as-Suyûthy, ad-Dur al-Mantsûr, Maktabah al-Maimuniyah, vol.II, hal. 308).
Oleh karena itu, bergembira dan bersyukur dengan kelahiran Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam atau Maulid Nabi merupakah hal yang dianjurkan setiap saat, tidak mengenal batasan waktu dan tempat. Maulid Nabi dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, tidak terikat oleh waktu maupun tempat tertentu. Itulah mengapa kita biasanya sering menyaksikan majelis-majelis maulid diadakan hampir setiap saat, ada yang setiap seminggu sekali, dua minggu sekali, setiap sebulan atau selapanan, dan lain sebagainya. Hanya saja memang pada bulan dan hari dimana Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam dilahirkan, terutama di hari Senin dan bulan Rabi’ul Awwal, kegiatan majelis dan syiar Maulid Nabi menjadi lebih tampak dan semarak dikarenakan adanya keterikatan sejarah.
Tidak hanya itu saja, jika kita mau menengok kembali kehidupan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam maka kita pun akan menemukan bahwasanya beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam begitu memuliakan dan memperhatikan hari kelahirannya. Hal ini disebutkan di dalam Shahih Muslim dalam sebuah hadits yang berbunyi,
وَ حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ عَنْ غَيْلَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ
Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb; telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi; telah menceritakan kepada kami Mahdi bin Maimun dari Ghailan dari Abdullah bin Ma’bad Az-Zimani dari Abu Qatadah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, maka beliau pun menjawab: “Di hari itulah aku dilahirkan, dan pada hari itu pula, wahyu diturunkan atasku.” (Hadits Riwayat Imam Muslim)
Masih di dalam Shahih Muslim juga disebutkan hadits serupa,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
Lalu beliau ditanya mengenai puasa pada hari Senin, beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Itu adalah hari, ketika aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai Rasul) atau pada hari itulah wahyu diturunkan atasku.” (Hadits Riwayat Imam Muslim).
Sementara dalam hadits yang lain yang bunyinya sama juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya,
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ عَنْ غَيْلَانَ بْنِ جَرِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdur Rahman bin Mahdi; telah menceritakan kepada kami Mahdi bin Maimun dari Ghailan bin Jarir dari ‘Abdullah bin Ma’bad dari Abu Qatadah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa hari Senin, beliau bersabda: “Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan” (Hadits Riwayat Imam Ahmad)
Begitu juga di dalam Sunan Abu Daud, ketika itu Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallohu ‘anhu bertanya tentang puasa di hari Senin kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam,
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا مَهْدِيٌّ حَدَّثَنَا غَيْلَانُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بِهَذَا الْحَدِيثِ زَادَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ صَوْمَ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمِ الْخَمِيسِ قَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ الْقُرْآنُ
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il; telah menceritakan kepada kami Mahdi; telah menceritakan kepada kami Ghailan dari Abdullah bin Ma’bad Az-Zimmani dari Abu Qatadah dengan hadits ini. Ia menambahkan; Umar berkata; wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda mengenai puasa hari Senin dan hari Kamis? Beliau berkata: “Padanya aku dilahirkan dan padanya Al-Qur’an diturunkan kepadaku” (Hadits Riwayat Imam Abu Daud).
Lihatlah, di dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Ahmad, dan Imam Abu Daud di atas, ketika Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam ditanya oleh para sahabatnya tentang puasa di hari Senin, beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam tidak menjelaskan keutamaan puasa tersebut, tetapi beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam justru menjawabnya dengan menunjukan kemulian di hari itu, yakni hari Senin adalah hari dimana beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam dilahirkan. Dari sini kita mengetahui bahwa Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam ingin menekankan kepada para sahabat bahwa hari Senin adalah mulia dikarenakan dirinya, sehingga beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam pun bergembira atas hari tersebut dan bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas hari itu dengan cara berpuasa. Dari sinilah Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam telah menanamkan benih-benih peringatan Maulid Nabi kepada umatnya.
Hal senada mengikuti jejak Nabi shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam, juga diikuti oleh para sahabat Nabi yang turut bergembira dengan Maulid Nabi, hari kelahiran Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Salah seorang sahabat Nabi yang bernama Sayyidina ‘Abbas bin Abdul Mutthallib radhiyallohu ‘anhu, yang juga paman Rasulullah shollallohu ‘alahi wa alihi wa shohbihi wa sallam, pernah membacakan sebuah kisah Maulid Nabi di hadapan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam dan para sahabatnya. Diceritakan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dalam Al Mustadrok ‘Ala Shohihaini, telah menceritakan Sayyidina Khuraim bin Aus bin Haritsah bin Lam radhiyallohu ‘anhu berkata, Aku berhijrah kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sepulang beliau dari Tabuk, dan aku masuk Islam, lalu aku mendengar Abbas bin Abdul Muththalib berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ, إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَمْتَدِحَكَ
“Duhai Rasulullah, ijinkan aku mengucapkan syair pujian untukmu”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab,
قُلْ لَا يُفَضْفِضُ اللَّهُ فَاكَ
“Katakanlah, semoga Allah menjaga mulutmu (gigimu) dari segala penyakit”.
Kemudian Sayyidina ‘Abbas membacakan syair pujian,
مِنْ قَبْلِهَا طِبْتَ فِي الظِّلَالِ وَفِي … مُسْتَوْدَعٍ حَيْثُ يَخْصِفُ الْوَرِقُ
ثُمَّ هَبَطَتَ الْبِلَادُ لَا بَشَرٌ … أَنْتَ وَلَا مُضْغَةٌ وَلَا عَلَقُ
بَلْ نُطْفَةٌ تَرْكَبُ السَّفِينَ وَقَدْ … أَلْجَمَ نَسْرًا وَأَهْلَهُ الْغَرَقُ
تُنْقَلُ مِنْ صَالبٍ إِلَى رَحِمٍ … إِذَا مَضَى عَالَمٌ بَدَا طَبَقُ
حَتَّى احْتَوَى بَيْتُكَ الْمُهَيْمِنُ مِنْ … خِنْدِفَ عَلْيَاءَ تَحْتَهَا النُّطُقُ
وَأَنْتَ لَمَّا وُلِدْتَ أَشْرَقَتِ الْأَرْضُ … وَضَاءَتْ بِنُورِكَ الْأُفُقُ
فَنَحْنُ فِي ذَلِكَ الضِّيَاءِ وَفِي … النُّورِ وَسُبِلِ الرَّشَادِ نَخْتَرِقُ
ثُمَّ هَبَطَتَ الْبِلَادُ لَا بَشَرٌ … أَنْتَ وَلَا مُضْغَةٌ وَلَا عَلَقُ
بَلْ نُطْفَةٌ تَرْكَبُ السَّفِينَ وَقَدْ … أَلْجَمَ نَسْرًا وَأَهْلَهُ الْغَرَقُ
تُنْقَلُ مِنْ صَالبٍ إِلَى رَحِمٍ … إِذَا مَضَى عَالَمٌ بَدَا طَبَقُ
حَتَّى احْتَوَى بَيْتُكَ الْمُهَيْمِنُ مِنْ … خِنْدِفَ عَلْيَاءَ تَحْتَهَا النُّطُقُ
وَأَنْتَ لَمَّا وُلِدْتَ أَشْرَقَتِ الْأَرْضُ … وَضَاءَتْ بِنُورِكَ الْأُفُقُ
فَنَحْنُ فِي ذَلِكَ الضِّيَاءِ وَفِي … النُّورِ وَسُبِلِ الرَّشَادِ نَخْتَرِقُ
Sebelum terlahir ke dunia, engkau (duhai Rasulullah) senang di dalam kenikmatan surga (di tulang rusuk Nabi Adam ‘alaihis salam) dan di tempat di mana dedaunan penutup (oleh Adam dan Hawa ketika auratnya terbuka) dipetik.
Kemudian engkau turun ke bumi ini (dalam sulbi Nabi Adam ‘alaihis salam) sedang engkau belum berwujud manusia, bukan pula janin maupun `alak (segumpal darah sebelum menjadi janin).
Tetapi engkau adalah nuthfah yang menaiki bahtera (Nabi Nuh ‘alaihis salam), ketika Nasr (berhala sesembahan kaum Nuh) dan ahli keluarganya ditenggelamkan.
Kemudian engkau berpindah dari sulbi menuju rahim, dari satu generasi kepada generasi berikutnya.
Hingga akhirnya engkau berada di keluarga yang mulia, berasal dari nasab tertinggi di atas segala nasab orang-orang mulia.
Dan tatkala engkau dilahirkan, bersinarlah bumi ini, dan cakrawala dipenuhi dengan cahayamu.
Kami pun kini selalu berada di tengah cahaya itu, dan di jalan yang penuh dengan petunjuk.
Kemudian engkau turun ke bumi ini (dalam sulbi Nabi Adam ‘alaihis salam) sedang engkau belum berwujud manusia, bukan pula janin maupun `alak (segumpal darah sebelum menjadi janin).
Tetapi engkau adalah nuthfah yang menaiki bahtera (Nabi Nuh ‘alaihis salam), ketika Nasr (berhala sesembahan kaum Nuh) dan ahli keluarganya ditenggelamkan.
Kemudian engkau berpindah dari sulbi menuju rahim, dari satu generasi kepada generasi berikutnya.
Hingga akhirnya engkau berada di keluarga yang mulia, berasal dari nasab tertinggi di atas segala nasab orang-orang mulia.
Dan tatkala engkau dilahirkan, bersinarlah bumi ini, dan cakrawala dipenuhi dengan cahayamu.
Kami pun kini selalu berada di tengah cahaya itu, dan di jalan yang penuh dengan petunjuk.
Perhatikanlah, di dalam syair pujian di atas, Sayyidina Abbas radhiyallohu ‘anhu menceritakan perihal kisah Maulid Nabi, mulai dari sebelum Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam terlahir ke dunia hingga beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam dilahirkan di muka bumi ini. Bait-bait syair Maulid Nabi tersebut dibacakan oleh Sayyidina Abbas radhiyallohu ‘anhu dan didengarkan langsung oleh Sayyidina Muhammad Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam dan para sahabatnya. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam pun senang dan mendoakan Sayyidina Abbas tetap sehat giginya. Semenjak itu Sayyidina Abbas radhiyallohu ‘anhu tidak pernah sakit gigi dan tidak ada satu pun giginya yang tanggal hingga usianya lanjut sekitar 80 tahun. Hadits yang serupa terkait syair Maulid Nabi gubahan Sayyidina Abbas radhiyallohu ‘anhu juga diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir.
Maka, benarlah engkau duhai Sayyidina Abbas radhiyallohu ‘anhu, kami sekarang ini yang hidup 1400 tahun setelahnya, tetap berada dalam naungan pancaran cahaya itu, cahaya Nur Muhammad. Kami saat ini dapat mengetahui La Ilaha Illa Allah hanyalah berkat Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Kami pun memahami Al-Qur’an juga berkat Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Dan kami mengenal Allah Yang Maha Pengasih juga karena berkat Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Untuk itulah sudah selayaknya bagi kami ini bersyukur dan bergembira atas lahirnya Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam di dunia. Tidak layak bagi seseorang yang berakal mempertanyakan, “Mengapa kalian memperingati Maulid Nabi?”, seolah-olah dia bertanya, “Mengapa kalian bergembira dengan lahirnya Rasulullah?”.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اَصْحَابِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اَنْصَارِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اَزْوَاجِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اَتْبَاعِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى ذُرِّيَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
SELAMAT HARI MAULID NABI 12 RABI’UL AWWAL 1438 H/ 12 DESEMBER 2016
:الدر المنثور في التفسير بالمأثور للإمام جلال الدين السيوطي:
وأخرج أبو الشيخ ، عن ابن عباس في الآية قال : فضل الله العلم، ورحمته محمد صلى الله عليه وسلم، قال الله : وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين:صحـيح مســلم:
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ عَنْ غَيْلَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ:صحـيح مســلم:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ لِابْنِ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ غَيْلَانَ بْنِ جَرِيرٍ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيَّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِهِ قَالَ فَغَضِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا وَبِبَيْعَتِنَا بَيْعَةً قَالَ فَسُئِلَ عَنْ صِيَامِ الدَّهْرِ فَقَالَ لَا صَامَ وَلَا أَفْطَرَ أَوْ مَا صَامَ وَمَا أَفْطَرَ قَالَ فَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمَيْنِ وَإِفْطَارِ يَوْمٍ قَالَ وَمَنْ يُطِيقُ ذَلِكَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمٍ وَإِفْطَارِ يَوْمَيْنِ قَالَ لَيْتَ أَنَّ اللَّهَ قَوَّانَا لِذَلِكَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمٍ وَإِفْطَارِ يَوْمٍ قَالَ ذَاكَ صَوْمُ أَخِي دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ قَالَ فَقَالَ صَوْمُ ثَلَاثَةٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانَ إِلَى رَمَضَانَ صَوْمُ الدَّهْرِ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ مِنْ رِوَايَةِ شُعْبَةَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَسَكَتْنَا عَنْ ذِكْرِ الْخَمِيسِ لَمَّا نُرَاهُ وَهْمًا و حَدَّثَنَاه عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا النَّضْرُ بْنُ شُمَيْلٍ كُلُّهُمْ عَنْ شُعْبَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ و حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ حَدَّثَنَا حَبَّانُ بْنُ هِلَالٍ حَدَّثَنَا أَبَانُ الْعَطَّارُ حَدَّثَنَا غَيْلَانُ بْنُ جَرِيرٍ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ بِمِثْلِ حَدِيثِ شُعْبَةَ غَيْرَ أَنَّهُ ذَكَرَ فِيهِ الِاثْنَيْنِ وَلَمْ يَذْكُرْ الْخَمِيسَ:مسند أحمد:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ عَنْ غَيْلَانَ بْنِ جَرِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ:سنن أبي داود:
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ وَمُسَدَّدٌ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ غَيْلَانَ بْنِ جَرِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَصُومُ فَغَضِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَوْلِهِ فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ عُمَرُ قَالَ رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ غَضَبِ اللَّهِ وَمِنْ غَضَبِ رَسُولِهِ فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَدِّدُهَا حَتَّى سَكَنَ غَضَبُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ الدَّهْرَ كُلَّهُ قَالَ لَا صَامَ وَلَا أَفْطَرَ قَالَ مُسَدَّدٌ لَمْ يَصُمْ وَلَمْ يُفْطِرْ أَوْ مَا صَامَ وَلَا أَفْطَرَ شَكَّ غَيْلَانُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ يَوْمَيْنِ وَيُفْطِرُ يَوْمًا قَالَ أَوَ يُطِيقُ ذَلِكَ أَحَدٌ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا قَالَ ذَلِكَ صَوْمُ دَاوُدَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمَيْنِ قَالَ وَدِدْتُ أَنِّي طُوِّقْتُ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثٌ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ فَهَذَا صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ وَصِيَامُ عَرَفَةَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصَوْمُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا مَهْدِيٌّ حَدَّثَنَا غَيْلَانُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بِهَذَا الْحَدِيثِ زَادَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ صَوْمَ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمِ الْخَمِيسِ قَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ الْقُرْآنُ:المستدرك على الصحيحين:
حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثَنَا أَبُو الْبَخْتَرِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ شَاكِرٍ، ثَنَا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى الْخَزَّازُ، ثَنَا عَمُّ أَبِي زَحْرِ بْنِ حُصَيْنٍ، عَنْ جَدِّهِ حُمَيْدِ بْنِ مُنْهِبٍ قَالَ: سَمِعْتُ جَدِّي خُرَيْمَ بْنَ أَوْسِ بْنِ حَارِثَةَ بْنِ لَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: هَاجَرْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْصَرَفَهُ مِنْ تَبُوكَ، فَأَسْلَمْتُ فَسَمِعْتُ الْعَبَّاسَ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ يَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَمْتَدِحَكَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قُلْ لَا يُفَضْفِضُ اللَّهُ فَاكَ» قَالَ: فَقَالَ الْعَبَّاسُ: [البحر المنسرح] مِنْ قَبْلِهَا طِبْتَ فِي الظِّلَالِ وَفِي … مُسْتَوْدَعٍ حَيْثُ يَخْصِفُ الْوَرِقُ ثُمَّ هَبَطَتَ الْبِلَادُ لَا بَشَرٌ … أَنْتَ وَلَا مُضْغَةٌ وَلَا عَلَقُ بَلْ نُطْفَةٌ تَرْكَبُ السَّفِينَ وَقَدْ … أَلْجَمَ نَسْرًا وَأَهْلَهُ الْغَرَقُ تُنْقَلُ مِنْ صَالبٍ إِلَى رَحِمٍ … إِذَا مَضَى عَالَمٌ بَدَا طَبَقُ حَتَّى احْتَوَى بَيْتُكَ الْمُهَيْمِنُ مِنْ … خِنْدِفَ عَلْيَاءَ تَحْتَهَا النُّطُقُ وَأَنْتَ لَمَّا وُلِدْتَ أَشْرَقَتِ الْأَرْضُ … وَضَاءَتْ بِنُورِكَ الْأُفُقُ فَنَحْنُ فِي ذَلِكَ الضِّيَاءِ وَفِي … النُّورِ وَسُبِلِ الرَّشَادِ نَخْتَرِقُ « هَذَا حَدِيثٌ تَفَرَّدَ بِهِ رُوَاتُهُ الْأَعْرَابُ عَنْ آبَائِهِمْ، وَأَمْثَالُهُمْ مِنَ الرُّوَاةِ لَا يَضَعُونَ»:المعجم الكبير:
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ، وَأَحْمَدُ بْنُ عَمْرٍو الْبَزَّارُ، ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُوسَى بْنِ حَمَّادٍ الْبَرْبَرِيُّ، قَالُوا: ثنا أَبُو السُّكَّيْنِ زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنِي عَمُّ أَبِي زَحْرُ بْنُ حِصْنٍ، عَنْ جَدِّهِ حُمَيْدِ بْنِ مَنْهَبٍ، قَالَ: قَالَ خُرَيْمُ بْنُ أَوْسِ بْنِ حَارِثَةَ بْنِ لَامٍ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ الْعَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ رَحِمَهُ اللهُ يَا رَسُولَ اللهِ: إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَمْدَحَكَ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَاتِ لَا يَفْضُضِ اللهُ فَاكَ» فَأَنْشَأَ الْعَبَّاسُ يَقُولُ:
[البحر الطويل]
مِنْ قَبْلِهَا طِبْتَ فِي الظِّلَالِ وَفِي … مُسْتَوْدَعٍ حَيْثُ يُخْصَفُ الْوَرَقُ
ثُمَّ هَبَطْتَ الْبِلَادَ لَا بَشَرٌ … أَنْتَ وَلَا مُضْغَةٌ وَلَا عَلَقُ
بَلْ نُطْفَةٌ تَرْكَبُ السَّفِينَ وَقَدْ … أَلْجَمَ نَسْرًا وَاهَلَهُ الْغَرَقُ
تُنْقَلُ مِنْ صَالِبٍ إِلَى رَحِمٍ … إِذَا مَضَى عَالِمٌ بَدَا طَبَقُ
حَتَّى احْتَوَى بَيْتُكَ الْمُهَيْمِنُ مِنْ … خَنْدَفَ عَلْيَاءَ تَحْتَهَا النُّطْقُ
وَأَنْتَ لَمَّا وُلِدْتَ أَشْرَقَتِ … الْأَرْضُ وَضَاءَتْ بِنُورِكَ الْأُفُقُ
فَنَحْنُ فِي الضِّيَاءِ وَفِي النُّورِ … وَسُبْلُ الرَّشَادِ نَخْتَرِقُ
ALLOHU WA ROSULUHU A'LAM