Kamis, 05 Januari 2017

DASAR HUKUM SHOLAT HADIAH UNTUK MAIT


Shalat hadiah  merupakan shalat sunat yang dikerjakan oleh sebahagian dari kaum muslimin  dan tidak semua orang Islam pernah melaksanakan shalat hadiah, begitu juga jika kita berbicara tentang kitab-kitab fiqih yang mengupas tentang shalat hadiah sangatlah sulit kita temukan, kitab-kitab  yang membicarakan tentang shalat hadiah hanya dapat kita peroleh dari ulama-ulama yang mengamalkan shalat hadiah tersebut. Berdasarkan Penelusuran Penulis terhadap kitab –kitab fiqih yang dipergunakan oleh para ulama yang mengamalkan dan melaksanakan shalat hadiah, penulis menemukan beberapa kitab-kitab yang membahas tentang shalat hadiah,  baik kitab yang berbahasa Arab, ( kitab kuning),  kitab-kitab yang berbahasa melayu dan kitab yang berbahasa Indonesia.

Dari penelusuran yang penulis lakukan dengan wawancara langsung terhadap ulama-ulama yang mengamalkannya dan melihat langsung kitab-kitab tersebut, beberapa dasar hukum  yang dipergunakan oleh para ulama yang menjadi rujukan dalam pengamalan shalat hadiah,  antara lain  dalam kitab karangan Syekh Nawawi al-Bantani, dalam kitabnya Nihayah al-Zain, beliau menulis   dasar shalat hadiah yang berbunyi :

روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال لا يأتى على الميت أشد من الليلة الأولى, فارحموا بالصدقة من يموت. فمن لم يجد فليصل ركعتين يقرأ فيهما: أي في كل ركعة منهما فاتحة الكتاب مرة, وآية الكرسى مرة, وألهاكم التكاثر مرة, وقل هو الله أحد عشر مرات, ويقول بعد السلام: اللهم إني صليت هذه الصلاة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث ثوابها إلى قبر فلان بن فلان فيبعث الله من ساعته إلى قبره ألف ملك مع كل ملك نور وهدية يؤنسونه إلى يوم ينفخ فى الصور.[1]
       
Diriwayatkan dari Rasulullah, Ia bersabda, “Tiada beban siksa yang lebih keras dari malam pertama kematiannya. Karenanya, kasihanilah mayit itu dengan bersedekah. Siapa yang tidak mampu bersedekah, maka hendaklah sembahyang dua raka‘at. Di setiap raka‘at, ia membaca surat al-Fatihah 1 kali, ayat Kursi 1 kali, surat al-Takatsur 1 kali, dan surat al-Ikhlash 11 kali. Setelah salam, ia berdoa, ‘Allahumma inni shallaitu hadzihis shalata wa ta‘lamu ma urid. Allahumma ‘ab’ats tsawabaha ila qabri fulan ibni fulan (sebut nama mayit yang kita maksud),’ Tuhanku, aku telah lakukan sembahyang ini. Kau pun mengerti maksudku. Tuhanku, sampaikanlah pahala sembahyangku ini ke kubur (sebut nama mayit yang dimaksud), niscaya Allah sejak saat itu mengirim 1000 Malaikat. Tiap Malaikat membawakan cahaya dan hadiah yang akan menghibur mayit sampai hari kiamat tiba.

Shalat hadiah adalah shalat yang dikerjakan untuk membantu mayit dalam kubur sebab mereka sedang mendapat pertanyaan Malaikat yang maha dasyhat, sebab jika mereka tidak dibantu niscaya mereka akan mendapatkan malapetaka yang sangat besar, karena itu hendaklah ahlinya membantu mayit dengan cara memberikan sodaqah, tetapi jika ahli keluarga tidak mampu bersadaqah hendaklah mereka melaksanakan shalat sunant dua rakaat seperti yang disebutkan dalam hadis diatas , dan itulah namanya shalat hadiah yaitu menghadiahkan pahala shalat tersebut kepada mayit yang sedang berada dalam kubur.
  Hal ini sejalan dengan apa yang terdapat dalam kitab Bariqah  Muhammadiyah,  yang dapat pula dijadikan alasan bagi orang yang melaksanakan shalat hadiah,  disebutkan  bahwa : 

  اعلم ان الاصل  في جنس هذ االبا ب ان للانسا ن ان يجعل ثوا ب عمله لغيره  من الا موا ت والاحيا ء حجا ا و صلا ة ا و صوما او صدقة او غير ها كتلاواة القرا ن و سا ئر الاذكار فاذ فعل شيئا من هذ ا وجعل ثوا به لغيرها جاز بلاشبهة ويصل اليه عند مذهب اهل السنة والجما عة[2]
     
   Artinya : Ketahuilah bahwa pembahasan yang sangat penting dalam bab ini , bahwa manusia boleh menghadiahkan pahala amalnya kepada orang lain , baik untuk orang yang telah meninggal maupun untuk orang yang masih hidup, yaitu berupa pahala haji, shalat, puasa, sodaqah dan lainnya seperti bacaan al-Qur’an bacaan zikir. Maka apabila seseorang mengerjakan perbuatan ini dan ia menghadiahkan pahalanya kepada orang yang lain maka limpahan pahala tersebut sampai dan mengalir kepada orang tersebut, ini adalah pendapat dari mazhab ahlussunnah wal jamaah.

Abdul Rahman bin Ahmad bin Abdullah bin Aliy Kafiy , dalam karyanya Risalah al- Kubro mengunakan dalil yang hampir sama tetapi terdapat beberapa kata (lafaz) yang sedikit berbeda  dari syekh  Nawawi al-Bantaniy. Dasar hukum yang beliau gunakan

روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال لا يأتى على الميت أشد من الليلة الأولى , فارحموا بالصدقة من يموت. فمن لم يجد فليصل ركعتين يقرأ فيهما)    فاتحة الكتاب  ( مرة, وآية الكرسى  ( مرة, ألهاكم التكاثر( مرة, وقل هو الله أحد عشر مرات, ويقول بعد السلام: اللهم إني صليت هذه الصلاة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث ثوابها إلى قبر فلان بن فلان فيبعث الله من ساعته إلى قبره ألف ملك مع كل ملك نور وهدية يؤنسونه إلى ان ينفخ فى الصور.[3]
   
   Diriwayatkan dari Rasulullah, Ia bersabda, “Tiada beban siksa yang lebih keras dari malam pertama kematiannya. Karenanya, kasihanilah mayit itu dengan bersedekah. Siapa yang tidak mampu bersedekah, maka hendaklah sembahyang dua raka‘at. Di setiap raka‘at, ia membaca surat al-Fatihah 1 kali, ayat Kursi 1 kali, surat at-Takatsur 1 kali, dan surat al-Ikhlash 11 kali. Setelah salam, ia berdoa, ‘Allahumma inni shallaitu hadzihis shalata wa ta‘lamu ma urid. Allahumma ‘ab’ats tsawabaha ila qabri fulan ibni fulan (sebut nama mayit yang kita maksud),’ Tuhanku, aku telah lakukan sembahyang ini. Kau pun mengerti maksudku. Tuhanku, sampaikanlah pahala sembahyangku ini ke kubur (sebut nama mayit yang di maksud), niscaya Allah sejak saat itu mengirim 1000 Malaika, tiap malaikat membawakan cahaya dan hadiah yang akan menghibur mayit sampai hari kiamat tiba.”
            
Dalam hadis kedua ini Abdul Rahman bin Ahmad bin Abdullah bin Aliy Kafiy,  memberikan  beberapa  komentar  terhadap  keutamaan   orang   yang mengerjakan shalat hadiah ini, beliau mengatakan :

أن فاعل ذلك له ثواب جسيم, منه أنه لا يخرج من الدنيا حتى يرى مكانه فى الجنة.[4]
   
 “Siapa saja yang melakukan sedekah atau sembahyang itu, akan mendapat pahala yang besar,  diantaranya, ia takkan meninggalkan dunia sampai melihat tempatnya di surga kelak.”

Selanjutnya beliau katakan :

قال بعضهم فطوبى لعبد واظب على هذه الصلاة كل ليلة وأهدى ثوابها لكل ميت
 من المسلمين[5] 


      Berkata sebagian Ulama “Berbahagialah bagi hamba yang merutinkan shalat ini setiap malam dan menghadiahkan pahalanya untuk setiap orang yang meninggal dari  kaum muslimin

           Berdasarkan  uraian beliau tersebut di atas, maka bagi orang yang menjadikan kitab beliau sebagai rujukan mereka mengatakan, oleh karena pahalanya sangat besar baik simayit dan orang yang mengamalkannya maka kita diperintahkan untuk sering-sering melaksaanakan shalat hadiah tersebut dan karena itu tidak ada batas lama masa mengerjakannya dan itu terserah kepada pribadi masing-masing, boleh satu malam, tiga malam, satu minggu dan seterusnya semakin banyak dikerjakan semakin baik,  bagi si mayit dan bagi orang yang mengerjakannya.

           Selanjutnya Abdul Rahman as-Syofu’i, Syafi’I, dalam kitabnya Nazahatul al- Majalis mengutik hadis Nabi sebagai berikut :

رأيت في  الْمُخْتاَرِ ومَطَالِعِ  الاَنْواَرِ عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال لا يأتى على الميت أشد من الليلة الأولى , فارحموا مَوْتَاكُمْ  بالصدقة فمن  لم يجد فليصل ركعتين يقرأ فيهما  فاتحة الكتاب وآية الكرسى و ألهاكم التكاثر , وقل هو الله أحد عشر مراة ويقول اللهم إني صليت هذه الصلاة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث ثوابها إلى قبر فلان بن فلان فبعث الله من ساعته إلى قبره ألف ملك مع كل ملك نور وهدية [6].
  
 Artinya : “Aku lihat dalam kitab al-Mukhtar dan al-Mathail al-Anwar dari  Nabi shallallaahu alaihi wasallam beliau bersabda “Tidak didatangkan azab yang sangat dasyhat yang lebih berat bagi orang yang meninggal selain malam pertamanya, maka kasihanilah (bantulah )dia  dengan memberi shadaqah, barang siapa tidak menemukan (harta) maka shalatlah dua rakaat yang disetiap rakaatnya membaca surat al-Fatihah sekali, ayat Kursi sekali, surat at-Takatsur sekali dan surat al-Ikhlaash 10 kali, dan ucapkanlah seusai salam :Ya Allah, sesungguhnya aku shalat dengan shalat ini dan Engkau mengetahui akan apa yang aku inginkan. Maka Allah, berikan pahalanya pada kuburan fulan anaknya fulan (disebut nama orang yang meninggal disertai nama ayahnya), maka seketika itu juga, Allah mengirimkan 1000 malaikat dengan setiap satu malaikat membawa cahaya dan hadiah .
           
 Hal ini sesuai dengan hadis  Riwayat Abu Dawud

كا ن النبي صلى الله عليه وسلم اذا فرغ من دفن الميت وقف عليه فقال استغفروا لاخيكم و سلوا له التثبيت فأنه الان يسأ ل[7]
Artinya : Adalah Nabi SAW apabila telah selesai menguburkan mayat beliau berdiri sebentar dan berkata minta ampunlah kamu semua (sahabat) kepada (Tuhanmu) untuk saudaramu ini , dan mohonkanlah agar dia tetap tabah karena sesungguhnya dia sekarang  sedang ditanya (dalam kubur).

 Selanjutnya Abdul  Rahman as-Syofu’i,  dalam kitabnya  Nazahat al-Majalis ini menambahkan lafaz hadis ini sebagai berikut :

 وَيُعْطى اللهُ المصَلى بِعَددِ مَاطَلَعَتْ عَلَيهِ الشَّمْسُ حسنا ت ورفع له ا ر بعين أَلْفَ درجة واربعين الف حجة وعمرة ويبني له الف مدينة فى الجنة ويعطى ثواب الف شهيد[8]  
        
Artinya : “Maka Allah akan memberikan pahala kepada orang yang melaksanakan shalat hadiah tersebut dengan bilangan kebaikan sebanyak apa yang ditumbuhkan oleh matahari  dan mengangkatkan derajatnya empat puluh ribu derajat haji dan umroh serta disediakan baginya tempat di  surga dan akan diberikan pahala seribu orang yang mati syahid.
            Menurut penulis, dilihat dari bentuk lafaznya dapat penulis simpulkan bahwa ini bukan hadis dari Rasulullah SAW,  menurut penulis ini adalah lafaz perkataan pengarang Abdul Rahman as-Syofu’i, Syafi’I yang perkataan ini bertentangan dengan nash-nash yang shahih baik al-Qur’an maupun al-Sunnah, sebab bagaimana mungkin amalan ibadah yang sunat pahalanya lebih besar dari kewajiban  seperti haji,  dan shalat sunnat dua rakaat ganjarannya seperti melaksanakan empat puluh ribu derajat haji dan  umrah dan seribu orang yang mati syahid. Ini adalah perkataan yang bathil.

            Abdul Rahman Mat, dalam kitabnya 25 shalat-shalat sunat seta do’a dan wirid membuat menuliskan dalil tentang shalat hadiah :

لا يأتى على الميت أشد من الليلة الأولى , فارحموا بالصدقة من يموت. فمن لم يجد فليصل ركعتين يقرأ فيهما فاتحة الكتاب مرة, وآية الكرسى مرة, وألهاكم التكاثر مرة, وقل هو الله أحد عشر مرات, ويقول بعد السلام: اللهم إني صليت هذه الصلاة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث ثوابها إلى قبر فلان بن فلان.[9]

     Artinya:  “Tiada beban siksa yang lebih keras atas mayit dari malam pertama kematiannya. Karenanya, kasihanilah mayit itu dengan bersedekah. Siapa yang tidak mampu bersedekah, maka hendaklah sembahyang dua raka‘at. Lalu ia membaca surat al-Fatihah 1 kali, ayat Kursi 1 kali, surat at-Takatsur 1 kali, dan surat al-Ikhlash 11 kali. Setelah salam, ia berdoa, ‘Allahumma inni shallaitu hadzihis shalata wa ta‘lamu ma urid. Allahumma ‘ab,ats tsawabaha ila qabri fulan ibni fulan (sebut nama mayit yang kita maksud).  Tuhanku, aku telah lakukan sembahyang ini. kau pun mengerti maksudku. Tuhanku, sampaikanlah pahala sembahyangku ini ke kubur (sebut nama mayit yang dimaksud),

            Imam al-Muhibbu Ath-Thabari mengatakan :

يصل للميت كل عبا دة تفعل عنه وا جبة او مندو بة[10]
         
Artinya : “Bisa sampai kepada  mayit pahala setiap ibadah yang dikerjakan  untuknya, baik yang wajib maupun yang sunnah”.

            Pendapat beliau ini bahwa setiap amal apapun yang dilakukan oleh manusia yang dilakukan dengan ikhlas baik yang wajib maupun amalan yang sunnah, apabila diniatkan untuk mayit maka amalan tersebut sampai kepada mayit untuk membantunya di alam kubur.  Karena itu ibadah apapun yang dilakukan oleh manusia yang berbentuk kebaikan baik itu sodaqah , shalat , doanya orang-orang Islam dan istighfar  menurut kesepakatan jumhur ulama bisa sampai kepada orang mati. Sedangkan ibadah fisik semacam puasa, shalat, membaca al-Quran, dan zikir, kata Imam As Suyuti juga bisa sampai. Menurut Imam Ahmad bin Hambal, sebagian pengikut madzhab Malikiyah, dan Imam Syafi'i serta Imam Malik tidak sampai, menurut Imam Syafi'i, selama amaliah itu ada dasarnya maka bisa sampai.  Abu Abdillah bin Hamdan berkata, "Barang siapa melakukan amalan sunnah seperti shodaqoh, shalat, puasa, haji, umrah , baca al-Quran, memerdekakan, dan setiap ibadah fisik yang bisa digantikan serta ibadah harta, apabila dihadiahkan pahalanya untuk orang mati maka dapat bermanfaat dan bisa sampai kepada orang mati yang dimaksud. Apabila tidak diniatkan  hadiah untuk orang mati maka amalan tersebut tidak bisa sampai.[11]
            Dalam kitab Sabilul Huda, yang ditulis oleh H. Abdullah Syatari, dengan menggunakan bahasa melayu, beliau mengatakan “Ini suatu paidah pada mengatakan tentang kaipiyat sembahyang hadiah Nabi SAW telah bersabda tiada atas mayit lebih keras azabnya pada malam yang pertama maka kasihani olehmu akan orang mati kamu dengan cara bersodaqah  jika tiada maka hendaklah sembahyang dua rakaat seperti tersebut di bawah ini  , usholli sunnatan hidyati rakataini ada’a lilhi taala. Aku sembahyang sunat hadiah dua rakaat karena Allah taala, maka bacalah tiap-tiap rakaat surat al-Fatihah sekali, dan ayat Kursi sekali dan al-Khakumuttaka satu kali,dan surat al-Ikhlash sebelas kali dan bacalah doa pada akhir salam.[12]


[1] Syekh Nawawi al-Bantani, Loc.cit., h. 107.

[2] Syekh Qatbul Arifin  Ghawsil Wasilin, Abi Sa’id al-Khodimi,  Bariqah Muhammadiyah,  ( Darul Khilafah : 1063 H, 1326 M ) juz 2,  h. 99
[3] Abdul Rahman ibn Ahmad ibn Abdullah ibn Aliy Kafiy ,Risalah  al-Kubro,( Darul Khawa : 1422 H )  h.277.

[4] Ibid.
[5]  Ibid.
[6] . Abdul Rahman as-Syofu’i, Syafi’I, Nazahat al- Majalis ,( ttp.  1346 H ), Jilid 1 h. 63                            
[7] Abu Dawud Sulaiman ibn al--Asy’atas  al-Sijistany, Sunan Abu Dawud,   (Mesir :  al-Maktabah  al-Tijariyyah,1371 H/1950 M ,  jilid 3)  h.215
[8] Ibid.
[9] Abdul Ghoni Asykur, Op.cit  h.29
[10] Ibid. h.28
[11] Ibnul Qayyim al Jauziyah, al- Ruh : 145 & 163 dan Faidh  al-Kabir wa Khulashat   ( Taqrin:  Assayyid Alawi ibn Abbas Al Maliky : 176).

[12] Kitab yang ditulis dengan bahasa melayu, kitab ini berisi tentang masalah fiqih, aqidah dan tasauf yang semuanya ditulis dengan bahasa Melayu, Lihat kitab Sabilul Hudayang dikarang  oleh  H. Abdulallah Syatari, diterbitkan di Padang Panjang, h. 32-33

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons