Shalat hadiah merupakan
shalat sunat yang dikerjakan oleh sebahagian dari kaum muslimin dan
tidak semua orang Islam pernah melaksanakan shalat hadiah, begitu juga jika
kita berbicara tentang kitab-kitab fiqih yang mengupas tentang shalat hadiah
sangatlah sulit kita temukan, kitab-kitab yang membicarakan tentang
shalat hadiah hanya dapat kita peroleh dari ulama-ulama yang mengamalkan shalat
hadiah tersebut. Berdasarkan Penelusuran Penulis terhadap kitab –kitab fiqih
yang dipergunakan oleh para ulama yang mengamalkan dan melaksanakan shalat
hadiah, penulis menemukan beberapa kitab-kitab yang membahas tentang shalat
hadiah, baik kitab yang berbahasa Arab, ( kitab
kuning), kitab-kitab yang berbahasa melayu dan kitab yang berbahasa
Indonesia.
Dari penelusuran yang penulis lakukan
dengan wawancara langsung terhadap ulama-ulama yang mengamalkannya dan melihat langsung
kitab-kitab tersebut, beberapa dasar hukum yang dipergunakan oleh
para ulama yang menjadi rujukan dalam pengamalan shalat
hadiah, antara lain dalam kitab karangan Syekh
Nawawi al-Bantani, dalam kitabnya Nihayah al-Zain, beliau
menulis dasar shalat hadiah yang berbunyi :
روي
عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال لا يأتى على الميت أشد من الليلة الأولى, فارحموا بالصدقة من يموت.
فمن لم يجد فليصل ركعتين يقرأ فيهما: أي في كل ركعة منهما فاتحة الكتاب مرة, وآية
الكرسى مرة, وألهاكم التكاثر مرة, وقل هو الله أحد عشر مرات, ويقول بعد السلام:
اللهم إني صليت هذه الصلاة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث ثوابها إلى قبر فلان بن فلان
فيبعث الله من ساعته إلى قبره ألف ملك مع كل ملك نور وهدية يؤنسونه إلى يوم ينفخ
فى الصور.[1]
Diriwayatkan
dari Rasulullah, Ia bersabda, “Tiada beban siksa yang lebih keras dari malam
pertama kematiannya. Karenanya, kasihanilah mayit itu dengan bersedekah. Siapa
yang tidak mampu bersedekah, maka hendaklah sembahyang dua raka‘at. Di setiap
raka‘at, ia membaca surat al-Fatihah 1 kali, ayat Kursi 1 kali, surat
al-Takatsur 1 kali, dan surat al-Ikhlash 11 kali. Setelah salam, ia berdoa,
‘Allahumma inni shallaitu hadzihis shalata wa ta‘lamu ma urid. Allahumma
‘ab’ats tsawabaha ila qabri fulan ibni fulan (sebut nama mayit yang kita
maksud),’ Tuhanku, aku telah lakukan sembahyang ini. Kau pun mengerti maksudku.
Tuhanku, sampaikanlah pahala sembahyangku ini ke kubur (sebut nama mayit yang
dimaksud), niscaya Allah sejak saat itu mengirim 1000 Malaikat. Tiap Malaikat
membawakan cahaya dan hadiah yang akan menghibur mayit sampai hari kiamat tiba.
Shalat hadiah
adalah shalat yang dikerjakan untuk membantu mayit dalam kubur sebab mereka
sedang mendapat pertanyaan Malaikat yang maha dasyhat, sebab jika mereka tidak
dibantu niscaya mereka akan mendapatkan malapetaka yang sangat besar, karena
itu hendaklah ahlinya membantu mayit dengan cara memberikan sodaqah, tetapi
jika ahli keluarga tidak mampu bersadaqah hendaklah mereka melaksanakan shalat
sunant dua rakaat seperti yang disebutkan dalam hadis diatas , dan itulah
namanya shalat hadiah yaitu menghadiahkan pahala shalat tersebut kepada mayit
yang sedang berada dalam kubur.
Hal
ini sejalan dengan apa yang terdapat dalam kitab Bariqah Muhammadiyah, yang
dapat pula dijadikan alasan bagi orang yang melaksanakan shalat
hadiah, disebutkan bahwa :
اعلم ان الاصل في جنس هذ االبا ب ان للانسا
ن ان يجعل ثوا ب عمله لغيره من الا موا ت والاحيا ء حجا ا و صلا ة ا و
صوما او صدقة او غير ها كتلاواة القرا ن و سا ئر الاذكار فاذ فعل شيئا من هذ ا
وجعل ثوا به لغيرها جاز بلاشبهة ويصل اليه عند مذهب اهل السنة والجما عة[2]
Artinya
: Ketahuilah bahwa pembahasan yang sangat penting dalam bab ini , bahwa manusia
boleh menghadiahkan pahala amalnya kepada orang lain , baik untuk orang yang
telah meninggal maupun untuk orang yang masih hidup, yaitu berupa pahala haji,
shalat, puasa, sodaqah dan lainnya seperti bacaan al-Qur’an bacaan zikir. Maka
apabila seseorang mengerjakan perbuatan ini dan ia menghadiahkan pahalanya
kepada orang yang lain maka limpahan pahala tersebut sampai dan mengalir kepada
orang tersebut, ini adalah pendapat dari mazhab ahlussunnah wal jamaah.
Abdul
Rahman bin Ahmad bin Abdullah bin Aliy Kafiy , dalam karyanya Risalah
al- Kubro mengunakan dalil yang hampir sama tetapi terdapat beberapa
kata (lafaz) yang sedikit berbeda dari syekh Nawawi
al-Bantaniy. Dasar hukum yang beliau gunakan
روي
عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال لا يأتى على الميت أشد من الليلة الأولى , فارحموا بالصدقة
من يموت. فمن لم يجد فليصل ركعتين يقرأ فيهما) فاتحة
الكتاب ( مرة, ) وآية
الكرسى ( مرة, ) ألهاكم
التكاثر( مرة,) وقل هو الله أحد ( عشر
مرات, ويقول بعد السلام: اللهم إني صليت هذه الصلاة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث
ثوابها إلى قبر فلان بن فلان فيبعث الله من ساعته إلى قبره ألف ملك مع كل ملك نور
وهدية يؤنسونه إلى ان ينفخ فى الصور.[3]
Diriwayatkan
dari Rasulullah, Ia bersabda, “Tiada beban siksa yang lebih keras dari malam
pertama kematiannya. Karenanya, kasihanilah mayit itu dengan bersedekah. Siapa
yang tidak mampu bersedekah, maka hendaklah sembahyang dua raka‘at. Di setiap
raka‘at, ia membaca surat al-Fatihah 1 kali, ayat Kursi 1 kali, surat
at-Takatsur 1 kali, dan surat al-Ikhlash 11 kali. Setelah salam, ia berdoa,
‘Allahumma inni shallaitu hadzihis shalata wa ta‘lamu ma urid. Allahumma
‘ab’ats tsawabaha ila qabri fulan ibni fulan (sebut nama mayit yang kita
maksud),’ Tuhanku, aku telah lakukan sembahyang ini. Kau pun mengerti maksudku.
Tuhanku, sampaikanlah pahala sembahyangku ini ke kubur (sebut nama mayit yang
di maksud), niscaya Allah sejak saat itu mengirim 1000 Malaika, tiap malaikat
membawakan cahaya dan hadiah yang akan menghibur mayit sampai hari kiamat
tiba.”
Dalam
hadis kedua ini Abdul
Rahman bin Ahmad bin Abdullah bin Aliy Kafiy, memberikan beberapa komentar terhadap keutamaan orang yang
mengerjakan shalat hadiah ini, beliau mengatakan :
أن
فاعل ذلك له ثواب جسيم, منه أنه لا يخرج من الدنيا حتى يرى مكانه فى الجنة.[4]
“Siapa
saja yang melakukan sedekah atau sembahyang itu, akan mendapat pahala yang
besar, diantaranya, ia takkan meninggalkan dunia sampai melihat
tempatnya di surga kelak.”
Selanjutnya beliau katakan
:
قال بعضهم فطوبى لعبد واظب
على هذه الصلاة كل ليلة وأهدى ثوابها لكل ميت
Berkata
sebagian Ulama “Berbahagialah bagi hamba yang merutinkan shalat ini setiap
malam dan menghadiahkan pahalanya untuk setiap orang yang meninggal dari kaum
muslimin
Berdasarkan uraian beliau tersebut di atas, maka bagi orang yang menjadikan kitab beliau sebagai rujukan mereka mengatakan, oleh karena pahalanya sangat besar baik simayit dan orang yang mengamalkannya maka kita diperintahkan untuk sering-sering melaksaanakan shalat hadiah tersebut dan karena itu tidak ada batas lama masa mengerjakannya dan itu terserah kepada pribadi masing-masing, boleh satu malam, tiga malam, satu minggu dan seterusnya semakin banyak dikerjakan semakin baik, bagi si mayit dan bagi orang yang mengerjakannya.
Selanjutnya
Abdul Rahman as-Syofu’i, Syafi’I, dalam kitabnya Nazahatul al- Majalis mengutik
hadis Nabi sebagai berikut :
رأيت
في الْمُخْتاَرِ
ومَطَالِعِ الاَنْواَرِ عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال لا يأتى
على الميت أشد من الليلة الأولى , فارحموا مَوْتَاكُمْ بالصدقة فمن لم يجد
فليصل ركعتين يقرأ فيهما فاتحة الكتاب وآية الكرسى و ألهاكم التكاثر , وقل هو الله أحد عشر
مراة ويقول اللهم إني صليت هذه الصلاة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث ثوابها إلى قبر
فلان بن فلان فبعث الله من ساعته إلى قبره ألف ملك مع كل ملك نور وهدية [6].
Artinya :
“Aku lihat dalam kitab al-Mukhtar dan al-Mathail al-Anwar dari Nabi
shallallaahu alaihi wasallam beliau bersabda “Tidak didatangkan azab yang sangat dasyhat yang
lebih berat bagi orang yang meninggal selain malam pertamanya, maka kasihanilah (bantulah )dia dengan
memberi shadaqah, barang siapa tidak menemukan (harta) maka shalatlah dua
rakaat yang disetiap rakaatnya membaca surat al-Fatihah sekali, ayat Kursi sekali, surat at-Takatsur sekali dan surat
al-Ikhlaash 10 kali, dan ucapkanlah seusai salam :Ya Allah, sesungguhnya aku
shalat dengan shalat ini dan Engkau mengetahui akan apa yang aku inginkan. Maka Allah,
berikan pahalanya pada kuburan fulan anaknya fulan (disebut nama orang yang
meninggal disertai nama ayahnya), maka seketika itu juga, Allah mengirimkan
1000 malaikat
dengan setiap satu malaikat
membawa cahaya dan hadiah .
Hal ini sesuai dengan
hadis Riwayat Abu Dawud
كا ن النبي صلى الله عليه
وسلم اذا فرغ من دفن الميت وقف عليه فقال استغفروا لاخيكم و سلوا له التثبيت فأنه
الان يسأ ل[7]
Artinya :
Adalah Nabi SAW apabila telah selesai menguburkan mayat beliau berdiri sebentar
dan berkata minta ampunlah kamu semua (sahabat) kepada (Tuhanmu) untuk
saudaramu ini , dan mohonkanlah agar dia tetap tabah karena sesungguhnya dia
sekarang sedang ditanya (dalam kubur).
Selanjutnya Abdul Rahman
as-Syofu’i, dalam kitabnya Nazahat al-Majalis ini
menambahkan lafaz hadis ini sebagai berikut :
وَيُعْطى اللهُ المصَلى بِعَددِ مَاطَلَعَتْ عَلَيهِ
الشَّمْسُ حسنا ت ورفع له ا ر بعين أَلْفَ درجة واربعين الف حجة وعمرة
ويبني له الف مدينة فى الجنة ويعطى ثواب الف شهيد[8]
Artinya
: “Maka Allah akan memberikan pahala kepada orang yang melaksanakan shalat
hadiah tersebut dengan bilangan kebaikan sebanyak apa yang ditumbuhkan oleh
matahari dan mengangkatkan derajatnya empat puluh ribu derajat haji
dan umroh serta disediakan baginya tempat di surga dan akan
diberikan pahala seribu orang yang mati syahid.
Menurut
penulis, dilihat dari bentuk lafaznya dapat penulis simpulkan bahwa ini bukan
hadis dari Rasulullah SAW, menurut penulis ini adalah lafaz
perkataan pengarang Abdul Rahman as-Syofu’i, Syafi’I yang perkataan ini
bertentangan dengan nash-nash yang shahih baik al-Qur’an maupun al-Sunnah,
sebab bagaimana mungkin amalan ibadah yang sunat pahalanya lebih besar dari
kewajiban seperti haji, dan shalat sunnat dua rakaat
ganjarannya seperti melaksanakan empat puluh ribu derajat haji
dan umrah dan seribu orang yang mati syahid. Ini adalah perkataan yang bathil.
Abdul Rahman Mat, dalam kitabnya 25 shalat-shalat
sunat seta do’a dan wirid membuat menuliskan dalil tentang shalat hadiah :
لا
يأتى على الميت أشد من الليلة الأولى , فارحموا بالصدقة من يموت. فمن لم يجد فليصل ركعتين يقرأ فيهما
فاتحة الكتاب مرة, وآية الكرسى مرة, وألهاكم التكاثر مرة, وقل هو الله أحد عشر
مرات, ويقول بعد السلام: اللهم إني صليت هذه الصلاة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث
ثوابها إلى قبر فلان بن فلان.[9]
Artinya: “Tiada
beban siksa yang lebih keras atas mayit dari malam pertama kematiannya.
Karenanya, kasihanilah mayit itu dengan bersedekah. Siapa yang tidak mampu
bersedekah, maka hendaklah sembahyang dua raka‘at. Lalu ia membaca surat
al-Fatihah 1 kali, ayat Kursi 1 kali, surat at-Takatsur 1 kali, dan surat
al-Ikhlash 11 kali. Setelah salam, ia berdoa, ‘Allahumma inni shallaitu
hadzihis shalata wa ta‘lamu ma urid. Allahumma ‘ab,ats tsawabaha ila qabri
fulan ibni fulan (sebut nama mayit yang kita maksud). Tuhanku, aku
telah lakukan sembahyang ini. kau pun mengerti maksudku. Tuhanku, sampaikanlah
pahala sembahyangku ini ke kubur (sebut nama mayit yang dimaksud),
Imam
al-Muhibbu Ath-Thabari mengatakan :
Artinya : “Bisa sampai kepada mayit
pahala setiap ibadah yang dikerjakan untuknya, baik yang wajib
maupun yang sunnah”.
Pendapat
beliau ini bahwa setiap amal apapun yang dilakukan oleh manusia yang dilakukan
dengan ikhlas baik yang wajib maupun amalan yang sunnah, apabila diniatkan
untuk mayit maka amalan tersebut sampai kepada mayit untuk membantunya di alam
kubur. Karena itu ibadah apapun yang dilakukan oleh manusia yang
berbentuk kebaikan baik itu sodaqah , shalat , doanya
orang-orang Islam dan istighfar menurut
kesepakatan jumhur ulama bisa sampai kepada orang mati. Sedangkan ibadah fisik
semacam puasa, shalat, membaca al-Quran, dan zikir, kata
Imam As Suyuti juga bisa
sampai. Menurut Imam Ahmad bin Hambal, sebagian pengikut madzhab Malikiyah, dan
Imam Syafi'i serta Imam Malik tidak sampai, menurut Imam Syafi'i, selama
amaliah itu ada dasarnya maka bisa sampai. Abu Abdillah bin Hamdan
berkata, "Barang siapa melakukan amalan sunnah seperti shodaqoh, shalat,
puasa, haji, umrah , baca al-Quran, memerdekakan, dan setiap ibadah fisik yang
bisa digantikan serta ibadah harta, apabila dihadiahkan pahalanya untuk orang
mati maka dapat bermanfaat dan bisa sampai kepada orang mati yang dimaksud.
Apabila tidak diniatkan hadiah
untuk orang mati maka amalan tersebut tidak bisa sampai.[11]
Dalam
kitab Sabilul Huda, yang ditulis oleh H. Abdullah Syatari, dengan
menggunakan bahasa melayu, beliau mengatakan “Ini suatu paidah pada
mengatakan tentang kaipiyat sembahyang hadiah Nabi SAW telah bersabda tiada
atas mayit lebih keras azabnya pada malam yang pertama maka kasihani olehmu
akan orang mati kamu dengan cara bersodaqah jika tiada maka
hendaklah sembahyang dua rakaat seperti tersebut di bawah ini ,
usholli sunnatan hidyati rakataini ada’a lilhi taala. Aku sembahyang sunat
hadiah dua rakaat karena Allah taala, maka bacalah tiap-tiap rakaat surat
al-Fatihah sekali, dan ayat Kursi sekali dan al-Khakumuttaka satu kali,dan
surat al-Ikhlash sebelas kali dan bacalah doa pada akhir salam.[12]
[2] Syekh
Qatbul Arifin Ghawsil Wasilin, Abi Sa’id
al-Khodimi, Bariqah Muhammadiyah, ( Darul Khilafah :
1063 H, 1326 M ) juz 2, h. 99
[3] Abdul Rahman ibn Ahmad ibn Abdullah ibn Aliy
Kafiy ,Risalah al-Kubro,( Darul Khawa : 1422 H
) h.277.
[7] Abu Dawud Sulaiman ibn
al--Asy’atas al-Sijistany, Sunan Abu
Dawud, (Mesir
: al-Maktabah al-Tijariyyah,1371 H/1950
M , jilid 3) h.215
[11] Ibnul Qayyim al
Jauziyah, al- Ruh :
145 & 163 dan Faidh al-Kabir wa Khulashat (
Taqrin: Assayyid Alawi ibn Abbas Al
Maliky : 176).
[12] Kitab
yang ditulis dengan bahasa melayu, kitab ini berisi tentang masalah fiqih,
aqidah dan tasauf yang semuanya ditulis dengan bahasa Melayu, Lihat
kitab Sabilul Hudayang dikarang oleh H. Abdulallah
Syatari, diterbitkan di Padang Panjang, h. 32-33