Aisyah Binti Abu Bakar Kiblatnya Wanita Shalihah Perindu Jannah
Di lembaran ini kita akan mengenal lebih dekat seorang wanita yang kesucianya di umumkan di langit ke tujuh. Jika wanita itu diibaratkan seperti bunga, maka beliau seperti bunga yang akar pohonya menancap ke bumi sedangkan ujung pohon itu menjulang ke langit. Bunga itu tak mengenal musim. Keharumannya menyebar dari ujung barat sampai ujung timur. Warna bunganya membuat mata setiap orang yang melihatnya terbelalak kagum akan keindahanya. Wanita itu adalah Aisyah binti Abu Bakar .
Aisyah dilahirkan empat tahun sesudah Nabi diutus menjadi Rasulullah. Aisyah berparas putih dan cantik jelita. Rasululullah menjulukinya dengan panggilan al-humaira’. Ketika Rasulullah menikahi ‘Aisyah, saat itu usianya belum genap sepuluh tahun. Bahkan dalam sebagian riwayat disebutkan, Rasulullah masih membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya.
Dua tahun setelah wafatnya Khadijah, turunlah wahyu kepada Nabi untuk menikahi Aisyah. Rasulullah menceritakan kepada Aisyah, alasan beliau menikahinya, “Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutra seraya berkata, ‘ini adalah istrimu’. Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya, ‘jika ini benar dari Allah, niscaya akan terlaksana.”
Ketika Rasulullah menikahi Aisyah, beliau memberikan mahar sebesar 400 dirham perak. Besarnya mahar yang diberikan kepada Aisyah, sama dengan tujuh istri beliau yang lain. Karena sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hisyam, bahwa delapan dari sebelas istri Rasulullah mendapatkan mahar sebesar 400 dirham perak.
Tingginya kedudukan Aisyah di dalam Islam dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, “Suatu ketika ada seseorang yang menghina Aisyah di hadapan Ammar bin Yasir. Mendengar hinaan itu, Amar berseru kepada orang yang menghina tersebut, “Sungguh celaka kamu. Kamu telah menyakiti istri tercinta Rasulullah.” Bahkan, sekalipun perasaan cemburu istri-istri Rasulullah terhadap Aisyah sangat besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah. Ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, “Demi Allah, Aisyah adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah.”
Yang membedakan Aisyah dengan istri-istri lainnya adalah keperawanan Aisyah. Beliau satu-satunya istri yang dinikahi Rasulullah dalam keadaan perawan. Selainnya adalah janda. Imam Adz-Dzahabi mengisahkan, “Rasulullah tidak pernah menikah dengan seorang gadis perawan pun selain Aisyah.”
Karena beliau satu-satunya perawan dan paling muda, maka hadits-hadits yang sampai kepada kita hari ini seringkali mengisahkan keakraban dan canda tawa Aisyah dengan Rasulullah. Seperti ketika suatu hari tiba-tiba Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling engkau cintai?” Rasulullah balik bertanya, “Kenapa engkau bertanya seperti itu?” Aisyah menjawab, “Aku ingin mencintai orang yang engkau cintai”. Beliau menjawab dengan jawaban romantis, “Orang yang aku cintai adalah Aisyah.”
Namun di satu keadaan, kadang sifat naluriah wanita: cemburu juga muncul. Imam Nasa’i meriwayatkan sebuah hadits dari Ummu Salamah, bahwa suatu hari beliau mendatangi Rasullah dengan membawa makanan dalam nampan untuk beliau dan sahabat-sahabatnya. Namun tiba-tiba Aisyah menghampiri nampan yang berisi makanan itu seraya membawa batu giling kecil. Dengan batu giling itu Aisyah pun memukul nampan tersebut hingga pecah menjadi dua. Seketika Nabi memungut makanan yang berserakan di antara pecahan nampan tersebut seraya berkata kepada para sahabat yang hadir, “Makanlah. Ibu kalian sedang cemburu. Makanlah. Ibu kalian sedang cemburu.”
Rasulullah kemudian mengambil nampan Aisyah yang masih utuh dan diberikan kepada Ummu Salamah sebagai pengganti nampan yang pecah, sementara nampan Ummu Salamah yang pecah diberikan kepada Aisyah .
Karena kedekatannya dengan Rasulullah, ketika di masa-masa sakit yang menyebabkan kematiannya, Rasulullah meminta izin kepada istri-istrinya untuk beristirahat di rumah Aisyah selama sakitnya. Namun qodarallah, beliau tak kunjung sembuh, bahkan semakin parah hingga menyebabkannya meninggal dunia. Dalam hal ini Aisyah berkata, “Merupakan kenikmatan bagiku, karena Rasulullah wafat di pangkuanku.” Dan karena kedekatannya pula, hadits Rasulullah yang diriwayatkan melalui jalur beliau cukup banyak. Jumlahnya mencapai 2.210 hadits.
Abdurrahman bin Adh-Dhahak menyatakan bahwa Abdullah bin Shafwan pernah menemui Aisyah. Aisyah berkata, “Aku punya 9 kelebihan yang tidak dimiliki oleh siapapun, kecuali kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh Allah kepada Maryam. Demi Allah, dengan mengatakan hal ini aku tidak bermaksud melebihkan diriku atas di atas istri-istri Rasulullah yang lainnya. Ibnu Shafwan pun bertanya, “Apa kelebihan-kelebihan itu?” Ummul Mukminin Aisyah menjelaskan, “Jibril membawa gambarku kepada Rasulullah lewat mimpi, lalu beliau menikahiku. Rasulullah menikah denganku saat aku perawan. Beliau menerima wahyu ketika sedang berada dalam satu selimut denganku. Aku adalah orang yang paling dicintai oleh beliau. Allah menurunkan beberapa ayat Al-Qur’an karena aku, di saat umat hampir celaka karena berita bohong yang menyebar. Aku pernah melihat Jibril dan tidak ada seorangpun di antara istri-istri beliau lainnya yang pernah melihatnya. Dan terakhir, Rasulullah meninggal di rumahku di saat tidak ada orang yang mengurusnya selain malaikat, kecuali aku.” (HR. Al-Hakim)
Ummu Mukminin Aisyah merupakan shohabiyah yang memilki rasamalu tingkat tinggi. Bagaimana tidak, beliau malu tidak sebatas kepada orang yang masih hidup. Bahkan terhadap orang yang sudah meninggal pun beliau merasakan malu. Beliau bercerita, “Setiap kali aku masuk ke rumahku dan hendak membuka baju, sementara di dalamnya telah dimakamkan jasad Rasulullah dan ayahku sendiri, aku selalu merasa malu. Namun aku berkata dalam hati, ‘tidak perlu malu karena di sini hanya ada suamiku dan ayahku sendiri’. Akan tetapi setelah Umar bin Khathab juga dimakamkan di tempat yang sama, demi Allah, setiap berada di dalam rumah aku selalu memakai pakaian lengkap karena malu kepada Umar.
Setelah menjalani hidupnya yang penuh dengan suka dan duka, Ummul Mukminin Aisyah meninggal dunia pada usia 66 tahun. Bertepatan dengan bulan Ramadhan, 58 H. Awalnya beliau berharap dapat dikuburkan di samping makam dua orang yang paling dicintainya: Rasulullah dan Abu Bakar. Namun dengan lapang dada, beliau membumikan keinginannya dalam-dalam, karena Umar bin Khottob meminta dikuburkan di samping dua kuburan orang terbaik tersebut. Hingga akhirnya Aisyah dikuburkan di pekuburan Baqi’.
Ustadz Zulkifli Muhammad Ali, Lc., MA
disalin ulang oleh
Muhammad Yassir Rangkuti
disalin ulang oleh
Muhammad Yassir Rangkuti